Cedera Otak

4:25 PM Posted by Dr. Irwan

Anak yang mengalami cedera otak biasanya disebabkan adanya masalah yang terjadi dalam otak yang dapat berasal dari trauma kepala, radang, perdarahan otak karena adanya kelainan kromosom (seperti pada Down Syndrome), serta penyakit yang merusak otak secara progresif. Cedera otak ini bisa terjadi pada saat pembuahan, kelahiran, setelah lahir, dan setelah besar.

Karena cedera otak ini, indera jadi bermasalah. Akibatnya mempengaruhi kemampuan otak untuk menyerap informasi (sensorik) atau kemampuan otak untuk merespons informasi (motorik).

Anak dengan cedera otak sering dianggap autisme, epilepsi yang ditandai dengan kejang-kejang, kesulitan dalam belajar dan memusatkan perhatian. Gangguan ini mendatangkan berbagai masalah yang dapat menyiksa hidup si anak. Mereka merasa tidak nyaman dengan tubuhnya sendiri, bahkan hingga membenci badannya dan kerap melukai badan mereka sendiri. Derita mereka sering jauh lebih berat dibandingkan derita orangtua mereka sendiri.

Nah, untuk mengetahui gejala awal dari anak yang berpotensi memiliki otak cedera , maka lakukan deteksi sejak dini pada seorang bayi dimana ia seharusnya perlu melalui tahap-tahap perkembangan. Mulai dari setelah dilahirkan, bayi harusnya menggerakkan tubuh tanpa pindah tempat. Lalu dia mulai belajar merayap dengan perut di lantai. Kemudian dia mulai merangkak dengan tangan dan tungkai. Lalu mulai bangkit dan berjalan. Serta yang terakhir, mempercepat jalan (berlari).

Urutan tahap perkembangan tersebut harus berurutan dan tidak ada yang hilang atau terlewat, karena dapat menyebabkan terjadinya masalah cedera otak. Empat tingkat perkembangan otak yang esensial dan penting ini berperan terhadap terbentuknya area dalam otak untuk fungsi saraf tertentu.

Ada beberapa metode yang dapat dilakukan menurut seorang pakar -Glenn Doman- yang juga penulis buku ‘How to Multiply Your Baby’s Intelligent’ dan ‘Harapan Baru untuk Orangtua dengan Anak Brain Injured’. Bila pada metode klasik, anak cedera otak dilakukan re-edukasi otot dan melakukan terapi motorik, padahal otot tidak dididik. Problemnya, pada metode konvensional anak dengan cedera otak mendapatkan penanganan pada gejalanya bukan pada penyebabnya. Sementara, bila konsentrasi hanya pada gejala, maka anak yang otaknya bermasalah itu tidak dapat disembuhkan.

Baru-baru ini, menurut metode yang baru diperkenalkannya yang dinamakan metode Glenn Doman, yang perlu dilatih adalah otak yang cedera dengan melatih bagian korteks otak yang berfungsi untuk berjalan tegak, membedakan obyek dengan meraba, memahami bahasa verbal, berbicara, membaca dan menjepit dengan ibu jari dan telunjuk (menulis). Caranya dengan melatih gerakan menyilang dan homlateral. Dimana dalam metode ini mempelajari penyebab bukan akibat dari cedera otak yang dialami anak-anak tersebut. Selain itu, untuk anak yang memiliki cedera otak, maka usahakan jangan memberi label apapun, tapi fokuskan pada cedera otak.

Hal-hal yang dapat dilakukan orang tua dalam membantu perkembangan otak anaknya yaitu :

  • Berikan anak stimulasi visual, auditori dan yang bisa diraba.
  • Tingkatkan frekuensi dan durasi stimulasi yang makin lama makin meningkat seiring pertumbuhan otak.
  • Maksimalkan potensi anak baik yang memiliki masalah dengan brain injury maupun anak normal.
  • Tetap sabar dan tekun dalam mendampingi anak.
  • Jangan memberi label apapun pada anak cedera otak, melainkan terus semangati dia.

0 comments:

Post a Comment